Tuesday, March 3, 2015

CONTOH CERPEN, TENTANG KERASNYA PERJUANGAN HIDUP

https://youtu.be/WyMl6KRyraI
Ini adalah salah satu cerpen karanganku. Selamat membaca!!^^

NAMANYA BANG DUL

Dari jauh, aku melihatnya tergesa-gesa menghampiriku. Wajahnya yang pucat dan letih, bersinar ketika melihatku. Senyumnya mengembang.
“Assalamualaikum Bang,” kataku seraya mengambil tangannya lalu menciumnya.
“Wa’alaikum salam, bagaimana kabarmu Ai?” sahutnya seraya mengusap lembut kepalaku.
“Alhamdulillah baik Bang. Ada salam dari ayah dan ibu. Kapan Abang berkunjung lagi ke rumah?” kataku.
“Salam kembali untuk ayah dan ibumu. Nantilah, kalau Abang punya uang. Kau kan tahu bagaimana keadaan Abangmu ini,” katanya.


Aku mengangguk. Kami bergegas meninggalkan Terminal Kampung Rambutan. Mencari-cari angkot jurusan Cibubur. Tak berapa lama kami sudah berada di dalam angkot. Selama beberapa saat kami terdiam. Kuperhatikan wajahnya. Sudah enam bulan aku tak berjumpa dengannya. Kini ia tampak lebih tua. Namun tatapan matanya masih setajam ketika terakhir kali kami bertemu. Semangatnya tak pudar dimakan waktu.
Di tengah keterbatasan fisiknya, ia tak pernah merasa malu untuk bergaul dan bekerja. Apapun pekerjaan itu. Asalkan halal, akan ia lakukan dengan sepenuh hati. Mulai dari menjadi perantara jual beli motor, handphone, batu cincin atau apapun yang bisa menghasilkan uang, menjaga rumah orang yang sedang pulang kampung dan lain-lain.
“Hidup kalau hanya mengatasnamakan gengsi tidak akan bisa maju. Yang diperlukan adalah keberanian dan tekad yang kuat. Untuk apa malu, toh yang kita kerjakan halal. Memangnya gengsi dapat menghasilkan uang? Apalagi di Jakarta. Orang yang lemah tidak akan bertahan lama,” katanya padaku, ketika dulu aku bertanya tentang pekerjaanya itu.
Namanya Dul. Ia adik kandung ayahku. Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri. Aku dan keluargaku tinggal di desa. Jika ada uang, terkadang aku main ke Jakarta untuk menjenguk nenek dan Bang Dul. Kini setelah kematian nenek, aku merasa perlu lebih sering berkunjung. Sekedar untuk menghibur dan menemaninya agar tak merasa kesepian. Ayahku pernah memintanya untuk tinggal bersama kami. Dengan halus ia menolaknya. Ia bilang, kalau di desa bingung mau kerja apa. Di Jakarta, ia sudah punya sedikit relasi dan pekerjaan. Meskipun hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Aku tahu benar abangku, ia tak ingin merepotkan keluargaku yang hidupnya pas-pasan. Ia juga tak pernah ingin merepotkan orang lain. Selama ia mampu, ia akan melakukannya sendiri. Itulah prinsip hidupnya.
Dulu, Bang Dul pernah berjaya. Punya banyak uang dan teman. Relasinya dimana-mana. Namun semuanya berubah drastis semenjak kecelakaan motor yang hampir merenggut nyawanya. Kepalanya bocor, ia mengalami pendarahan hebat. Dompet dan hpnya raib. Ada saja yang tega mengambil kesempatan di tengah keadaan abangku yang sekarat. Beruntung nyawanya bisa diselamatkan. Jalannya kini terpincang-pincang karena beberapa saraf motoriknya rusak. Semua nomor relasinya ada di hpnya yang raib. Ia kehilangan segalanya dan terpaksa harus memulai dari nol lagi. Keadaannya yang sekarang membuatnya tak bisa leluasa bergerak menjalankan bisnisnya seperti dulu. Teman-temannya mulai menjauh. Begitulah hidup, saat kita susah barulah kita tahu siapa teman kita yang sesungguhnya. Dengan ikhlas ia menjalani semuanya.
Kini ia sakit-sakitan, kepalanya sering pusing. Namun ia tetap bekerja. Baginya, pantang untuk meminta-minta.
“Sakitku ini tidak seberapa. Selama aku masih bisa berjalan, itu artinya aku sehat. Kau lihat, orang yang tak punya kaki di depan sana. Ia masih bisa bekerja walau hanya sebagai pemulung. Kakiku masih lengkap, meski jalanku terpincang-pincang. Aku malu jika harus meminta-minta, sementara di depan sana orang yang tak punya kaki tetap berusaha untuk bekerja. Tidak bermalas-malasan apalagi mengemis!” katanya, ketika ia kuminta untuk tidak bekerja dulu. Wataknya memang keras. Prinsipnya kuat, tapi hatinya lembut.
Angkot yang kami tumpangi melaju cepat melintasi rumah dan toko yang berdiri sepanjang jalan raya. Teriknya sang surya membuat peluhku mengalir deras. Namun hatiku terasa sejuk. Kehadirannya selalu membawa aura positif untukku.
Lelaki perkasa yang tak pernah lekang oleh waktu. Darinya, aku belajar arti ikhlas dan sabar yang sesungguhnya. Tak pernah menyerah pada keadaan dan selalu berjuang untuk hidup yang lebih baik.

1 comments:

  1. seru juga gan cerpernnya, terus berkarya yah, jangan lupa kunjungi Agen Sbobet

    ReplyDelete

 
Butterfly's Blogger Blogger Template by Ipietoon Blogger Template